Kajian Perbandingan Mutu Gabah dan Beras Hasil Pengolahan di Unit Penggilingan Padi PPK di Jawa Barat
Main Article Content
Abstract
Keberadaan Penggilingan Padi Kecil (PPK) di pedesaan mempunyai posisi strategis dan bisa menyumbang pada peningkatan produksi beras. Diduga terdapat variasi pola tahapan mesin yaitu berapa kali proses cleaner, husker, separator, dan polisher di PPK dan berpengaruh terhadap mutu beras yang digiling. Tujuan kajian ini adalah memperoleh pola tahapan mesin di PPK yang dominan dapat meningkatkan mutu beras. Kajian ini dilakukan pada PPK di Jawa Barat melalui survei, wawancara dan pengambilan sampel. Data yang dikumpulkan adalah pola tahapan mesin, mutu gabah, dan beras. Mutu gabah yang diukur adalah kadar air, kadar kotor hampa, butir hijau kapur, butir kuning rusak, dan butir merah. Mutu beras yang dianalisis adalah rendemen beras pecah kulit (BPK), beras giling (BG), beras kepala (BK), beras patah (BP), menir, butir kapur (K), butir kuning rusak (KR), dan butir gabah (G). Hasil penelitian memperlihatkan tiga pola tahapan mesin yang umum diterapkan PPK di Jawa Barat yaitu 0-1-0-1, 0-2-0-2, dan 0-2-1-2. Dari ketiga pola tersebut, pola tahapan mesin 0-1-0-1 yaitu gabah yang diproses mesin penggilingannya satu kali husker, dan satu kali polisher memperlihatkan hasil mutu beras terbaik, dibandingkan dengan tiga pola lainnya. Pada pola tersebut memberikan nilai rendemen beras kepala 74,30±1,64%, beras patah 19,41±2,85%, dan rendemen beras giling 69,07±3,09%. Terdapat korelasi antara pola tahapan mesin penggilingan padi di PPK dengan mutu beras yang dihasilkan. Makin banyak proses pada satu unit mesin
mengakibatkan rendemen makin tinggi pada beras pecah kulit, beras patah, dan menir, serta menurunkan rendemen beras kepala dan butir gabah.
In rural areas, small rice mills (PPK) play an important role and can improve rice production. The frequency of the washing, hulling, separating and milling processes in PPK varies and is believed to have a potential impact on milled rice quality. This study aimed to find the pattern of machine stages in PPK that can significantly enhance rice quality. This study was carried out at PPKs in three West Java districts using surveys, interviews, and sampling. The information gathered included rice and paddy quality, and also machine stage trends. Moisture content, gross hull content, lime green rice, damaged yellow rice, and red rice were used to measure the quality of the rice. The yields of cracked rice (BPK), milled rice (BG), head rice (BK), broken rice (BP), groats, lime rice (K), damaged yellow rice (KR), and rice grain (G) were used to assess the quality of the rice. The findings demonstrated three machine stage patterns, 0-1-0-1, 0-2-0-2, and 0-2-1-2, that PPK frequently uses in West Java. In comparison to the other three patterns, the 0-1-0- 1 machine stage pattern, that is, rice processed by a milling machine, husker, and polisher, exhibited the highest outcomes for rice quality. The yield of milled rice was 69.07±3.09%, broken rice was 19.41±2.85%, and head rice was 74.30±1.64% as a result of this pattern. The quality of the rice produced in PPK is correlated with the stage pattern of the rice milling machines. Higher yields of cracked rice, broken rice, and groats and lower yields of head rice and paddy were the outcomes of having more processes in a single machine unit.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
catatan copyright agar disepakati oleh penulis.
Penulis sepakat dengan ketentuan-ketentuan dalam etika publikasi
Penulis menyatakan bahwa karya tulis yang diserahkan untuk diterbitkan adalah asli, belum pernah dipublikasikan di manapun dalam bahasa apapun, dan tidak sedang dalam proses pengajuan ke penerbit lain
References
BPS. 2024. Produksi Padi Menurut Kabupaten/Kota (Ton), 2023. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. https://jabar.bps.go.id/id/statistics-table/2/NTIjMg==/produksi-padi-menurut-kabupaten-kota.html. [diakses 25 Agustus 2024].
BPS. 2021. Luas Panen Padi Jawa Barat Tahun 2020. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
BSN. 2020. Standar Mutu Gabah SNI 6128. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Budiharti U, Harsono, dan Gultom R., J. 2006. Perbaikan Konfigurasi Mesin Pada Penggilingan Padi Kecil Untuk Meningkatkan Rendemen Penggilingan Padi. Balai Besar Mekanisasi Pertanian. Serpong. Jakarta.
David, J.H, dan Krisdianto, A.Y. 2017. Rendemen Beras dan Mutu Fisik Beras Berbagai Varietas Di Kalimantan Barat. Makalah Seminar: Mewujudkan Kedaulatan Pangan Melalui Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Pada Kawasan Pertanian.https://www.researchgate.net/publication/338804452_RENDEMEN_BERAS_DAN_MUTU_FISIK_BERAS_BERBAGAI_VARIETAS_DI_KALIMANTAN_BARAT. [diakses 25 Agustus 2024].
Hasbullah, R, dan Dewi A.R. 2012. Teknik Penanganan Pascapanen Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Penggilingan. PANGAN, 21(1),17–28. DOI:https://doi. org/10.33964/jp.v21i1.90.
Hasbullah, R. 2007. Gerakan Nasional Penurunan Susut Pascapanen. Agrimedia. 12(2):2.
Rusmono, M, dan Aminudin. 2022. Pola Konfigurasi Mesin dan Rendemen Penggilingan di Usaha Penggilingan Padi Kecil (PPK): Studi Kasus di Provinsi Jawa Barat. PANGAN, 31(3), 217 – 232.
Sawit, M.H. 2011. Reformasi Kebijakan Harga Produsen dan Dampaknya Terhadap Daya Saing Beras. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian, 4(1), 1-13.
Thahir, R. 2010. Revitalisasi Penggilingan Padi Melalui Inovasi Penyosohan Mendukung Swasembada Beras dan Persaingan Global. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian, 3(3), 171-183
Zuraya, N. 2021. Perpadi: Jumlah penggilingan padi over kapasitas 70 persen. Republika. https://ekonomi.republika.co.id/berita/qyg4fl383/perpadi-jumlah-penggilingan-padi-over-kapasitas-70-persen#google_vignette. [diakses 30 Juni 2024]