Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering (Herbiciding at Dry Land Sugarcane Plantation)
Main Article Content
Abstract
Aplikasi herbisida (herbiciding) di kebun tebu lahan kering dapat digunakan untuk mengantisipasi penurunan produktivitas tebu akibat serangan hama maupun persaingan tumbuh dengan gulma. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efektivitas dan efisiensi aplikasi herbisida dengan menggunakan knapsack sprayer (KS), knapsack power sprayer (KPS), dan boom sprayer (BS). Aplikasi herbisida dilakukan di areal kebun tebu lahan kering milik PT Laju Perdana Indah (LPI), Palembang pada bulan Maret 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan KPS lebih efektif dibanding KS karena gulma-gulma yang mati setelah herbiciding yang menggunakan KPS sebesar 77,0 persen, sedangkan yang menggunakan KS sebesar (53,6-59,5) persen. Kecepatan operasi aplikasi herbisida rata-rata dengan menggunakan KS, KPS, dan BS berturut-turut sebesar 0,56 m/detik, 0,59 m/detik, dan 2,00 m/ detik sehingga mempengaruhi besar kapasitas lapang efektif aplikasi herbisida berturut-turut sebesar (0,10-0,11) ha/jam, 0,20 ha/jam, dan 2,66 ha/jam. Besar debit aliran herbisida dengan menggunakan KS, KPS, dan BS berturut-turut sebesar (60,69-65,40) liter/jam, 85,30 liter/jam, dan 1206,00 liter/jam, sehingga menghasilkan throwputcapacity sebesar (588,64-617,01) liter/ha, 418,94 liter/ha, dan 453,87 liter/ha. Perbedaan hasil unjuk kerja ketiga jenis sprayer tersebut menghasilkan perbedaan efisiensi aplikasi herbisida. Dengan menggunakan KS dan KPS terjadi ketidakefisienan (inefficiency) sebesar (47,2-54,3) persen dan 4,7 persen, atau terdapat pemborosan aplikasi herbisida sebesar (188,64- 217,01) liter/ha dan 18,94 liter/ha. Penggunaan BS ternyata lebih efisien yaitu terdapat penghematan sebesar 146,13 liter/ha (24,4 persen).
Herbiciding at dry land sugarcane plantation can be used to anticipate decreasing sugarcane productivity caused by pest attack or growing competition with weeds. The objective of the research was to determine herbiciding effectiveness and efficiency using knapsack sprayer (KS), knapsack power sprayer (KPS), and boom sprayer (BS). Herbiciding was conducted on dry land sugarcane area of Laju Perdana Indah (LPI) Company, Palembang in March 2012. The results showed that the use of KPS was more effective than KS because the killed weeds after herbiciding using KPS was 77.0 percent, whereas using KS was (53.6-59.5) percent Herbiciding operational speeds using KS, KPS, and BS were 0.56 m/s, 0.59 m/s, and 2.00 m/s in average respectively, so that they influenced effective field capacity herbiciding of (0.10-0.11) ha/h, 0.20 ha/h, and 2.66 ha/h respectively. Herbicide solution debits using KS, KPS, and BS were (60.69-65.40) litre/h, 85.30 litre/h, and 1206.00 litre/h, so that they produced capacities of (588.64-61.01) litre/ha, 418.94 litre/ha, and 453.87 litre/ha. Difference in performances of the three sprayers would produce differences in herbiciding efficiency. The use of KS and KPS would produce inefficiency of (47.2- 54.3) percent and 4.7 percent, or there was any herbicide solution prodigality or providence of (188.64- 217.01) litre/ha and 18.94 litre/ha. The use of BS was more efficient because it could save herbicide solution of 146.13 litre/ha (24.4 percent).
Article Details
catatan copyright agar disepakati oleh penulis.
Penulis sepakat dengan ketentuan-ketentuan dalam etika publikasi
Penulis menyatakan bahwa karya tulis yang diserahkan untuk diterbitkan adalah asli, belum pernah dipublikasikan di manapun dalam bahasa apapun, dan tidak sedang dalam proses pengajuan ke penerbit lain
References
[BPMA] Balai Pengujian Mutu Alsintan. 2008. Test Report : Hand Sprayer TASCO 425. Balai Pengujian Mutu Alsintan
[BPMA] Balai Pengujian Mutu Alsintan. 2010a. Test Report: Backpack Power Sprayer TASCO TF- 900. Balai Pengujian Mutu Alsintan
[BPMA] Balai Pengujian Mutu Alsintan. 2010b. Teknik Pemeliharaan Tebu dalam Usaha Budidaya Tebu. http://binaukm.com/2010/06/teknik-pemeliharaan-tebu-dalam-usahabudidava-tebu/ [Diakses 15 Juni 2012]
Menteri Perindustrian Rl. 2010. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Gula. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 11/M-IND/PER/1/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 116/M-IND/PER/10/2009 Tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Gula
Pramuhadi, G. 2005. Pengolahan Tanah Optimum pada Budidaya Tebu Lahan Kering. [Disertasi] Bogor: Sekolah Pascasarjana, IPB
Sukman, Yernelis dan Yakup. Teknik Pengendaliannya. Grafindo Persada 2002. Gulma dan Jakarta: PT Raja Trisnanto, W.R. 2012. Utopia Swasembada Gula. http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/ read/cetak/2012/05/14/186415/1 Q/Utopia- Swasembada-Gula. [Diakses 13 Juni 2012]