Makanan sebagai Sumber dan Media Gangguan Kesehatan: Pentingnya.Se//'Care

Main Article Content

Fachmi Idris

Abstract

Dalam perspektif terjadinya gangguan kesehatan, terbukti bahwamakanan merupakan salah satu media penyebaran penyakit, baik penyakit menular (paling banyak) maupun tidak menular. Sehingga di dalam kesehatan masyarakat dikenal istilah penyakit yang disebarkan melalui makanan dan air (waterand food borne diseases), contoh aktualnya Enterobacter Sakazakiiyang mengkontaminasi susu formula sebagai penyebab infeksi sistemik pada neonatus yang rentan. Seringkali fakta bagaimana dan kapan gangguan kesehatan dapat timbul akibat makanan tidak disampaikan secara jelas sehingga menimbulkan kegelisahan. Tidak terinformasikan-misalnya bakteri-yang masuk tubuh harus memenuhi sejumlah syarat tertentu untuk dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Syarat tersebut meliputi adanya: 1) temporal sequence; 2) consistency; 3) strength of association; 4) specificity of effect; 5) proofof causation; 6) collateral evidence and biological plausibility; serta 7) biological gradient (dose response). Kasus-kasus gangguan kesehatan secara umum, maupun secara khusus yang terkait dengan makanan, pada dasarnya dapat dikeloia dengan baik. Masyarakat sebagaimana yang diharapkan World Health Organization harus "...do for themselves to establish and maintain health, prevent and deal with illness..." dan memiliki "...behaviour where individuals, families, neighborhoods and communities undertake
promotive, preventive, curative and rehabilitative actions to enhance their health..". Dalam bahasa lain, masyarakat harus dapat memelihara kesehatan dirinya (self care). Mengingat masyarakat bersentuhan setiap hari dengan makanan, prinsip-prinsip self care mesti ditumbuhkan sebagai upaya menjaga kesehatan dirinya. Melaluipendekatan self care penyakit-penyakit-yang ada kaitannya dengan makanan, khususnya makanan sebagai penyebab penyakit kronis /rrevers/o/e-dapat dicegah.

Article Details

Section
Articles
Author Biography

Fachmi Idris

Ikatan Dokter Indonesia (IDI),

References

Depkes Rl. 2008. Riset Kesehatan Dasar. Badan Litbang Depkes Rl.

Efsa. 2008. Summary Paper: Opinion of the Scientific Panel on Biological Hazards on the request from the Commission related to the microbiological risks in infant formulae and follow-on formulae. (Question N° EFSA-Q-2003-111). www.efsa.eu.int

Gupta, JP. 2009. Revitalizing Primary Healthcare. Revitalizing Primary Healthcare, Regional Consultation on Self care in the Context of PHC: Jan 7-9 Jan; Bangkok: WHO/SEARO . Idris, F. 2003. Model Kemitraan Antara Pemerintah dengan Dokter Praktik Swasta dalam Program Pemberantasan TB Strategi DOTS di Kota Palembang. Disertasi Doktor, PPS Ul.

Idris. F. 2004. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan, Bagian IKM IKP FK UNSRI.

Idris, F. 2009. Berobat Gratis: Layakkah Jadi Political Act Kita? Gatra No. 10 Tahun XV; hal 58-59.

Indocom. 2009. Berita-Umum : Tanggapan MenKes Mengenai Kontaminasi Enterobacter sakazakii Sungguh Mencengangkan. www.vet-indo.com

Miriam, Friedemann. 2006. Enterobacter sakazakii in food and beverages (other than infant formula and milk powder) [monograph on the internet]. Bundesinstitut fur Risikobewertung (BfR). Federal Institute for Risk Assessment

Nelwan, I. 2009. Self Care in the Context of PHC. Revitalizing Primary Healthcare, Regional Consultation on Self care in the Context of PHC: Jan 7-9 Jan; Bangkok: WHO/SEARO.

Obama. 2009. Barack Obama's Pain for a Healthy Amaerica: Lowering Healthcare Cost and Ensuring Affordable, High Quality Healthcare for All. www.obama.com.

Santoso, D. 2009. 30 Menit Menuju Ginjal Sehat. Surabaya: JP Books.

Sutrisna. 2003. Bahan Ajar Epidemiologi Lanjut, Program Studi Doktor FKM Ul.

WHO. 1998. The Role of Pharmacist to Self-care and Self-medication, Geneva.

WHO/SEARO. 2009. Revitalizing Primary Healthcare, Regional Consultation on Self care in the Context of PHC: Jan 7-9 Jan; Bangkok.