Kearifan Lokal dalam Diversifikasi Pangan
Main Article Content
Abstract
Beras adalah komoditi yang memperoleh perhatian besar dari Kementerian Pertanian. Sudah saatnya kita kembali memperhatikan pangan-pangan potensial seperti umbiumbian
yang dapat menjadi substitusi beras, misalnya “rasi” yang terbuat dari singkong. Dengan melalui proses pemarutan, pemerasan, penggilingan, dan penjemuran, makadihasilkan semacam tepung singkong kasar berbentuk granule yang disebut “rasi”. Masyarakat kampung Cireundeu-Cimahi Jawa Barat, dengan tanpa memperhatikan segala macam himbauan tentang diversifikasi pangan, ternyata telah menerapkan pola pangan nonberas sejak tahun 1924. Masyarakat Cireundeu merasa cocok makan “rasi” karena kesesuaian dengan cara hidup mereka. Dengan fluktuasi produksi beras yang dialami Indonesia, maka penggalakan diversifikasi pangan harus terus dilakukan. Diharapkan konsumsi beras dapat dikurangi di masa mendatang. Diversifikasi terkait dengan kesejahteraan seseorang. Masyarakat miskin sulit menerapkan diversifikasi menu karena lauk-pauk (sumber protein) harganya mahal, jadi bagi mereka makan nasi adalah upaya memenuhi kebutuhan fisiologis tanpa merasa perlu memperhatikan keseimbangan gizi.
Rice has become the most concerned commodity by the Ministry of Agriculture. However, it is now the time to consider other potential foods as sources of carbohydrate, such as many kinds of tubers (cassava, sweet potato, sago, and taro). Some communities have a habit to eat “rasi”, made of cassava, that has traditionally been a staple food among Cirendeu people who live in Cimahi, West Java. The people of Cirendeu have been practicing food diversification by consuming non-rice foods since 1924. They consider eating “rasi” is better than eating rice because “rasi” fits with the way of their life. As rice production in Indonesia is still fluctuating, diversification should be campaigned again and again. It is hoped that rice consumption then can be reduced in the near future. Diversification is related to people welfare. Poor people have difficulties to diversify their menu because side dishes (which contain protein) are expensive, that’s why eating rice is the only way to satisfy their physiological need without considering nutrition balance.
Article Details
catatan copyright agar disepakati oleh penulis.
Penulis sepakat dengan ketentuan-ketentuan dalam etika publikasi
Penulis menyatakan bahwa karya tulis yang diserahkan untuk diterbitkan adalah asli, belum pernah dipublikasikan di manapun dalam bahasa apapun, dan tidak sedang dalam proses pengajuan ke penerbit lain
References
Den Hartog A. P. dan W. A. Van Staveren. 1983. Manual for Social Surveys on Food Habits and Food Consumption in Developing Countries. Pudoc Wanginen.
Hardono, G. S. 2005. ICASEPS WORKING PAPER No. 76: Telaah Aspek Produksi, Pendapatan, dan Kecukupan Pangan Rumah Tangga Pertanian. Pusat analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Harper, L. J., Deaton B.J., dan Driskel J. A. 1985. Pangan, Gizi, dan Pertanian. (Penerjemah Suharjo). UI Press. Jakarta.
Khomsan, A., Sukandar D., Anwar F., Riyadi H., dan Mudjajanto E. S. 2005. Research on Food Security and Nutritional Status of Poor Household in Highland and Coastal Areas. Indonesia and Neys-van Hoogstraten Foundation. Bogor Agricultural University.
Khumaidi, M. 1989. Gizi Masyarakat. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nikmawati, E. E. 1999. Pola Konsumsi Pangan, Tingkat Kecukupan Gizi dan Status Gizi Kaitannya dengan Budaya Makan Onngok Singkong pada Masyarakat Cireundeu Cimahi Jawa Barat. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Omara, A. 2005. Voluntary Guidelines to Support the Progressive Realization of the Right to Adequate Food; in Closing the Gap on the Right to Adequate Food. Lavenham Press, United Kingdom.
Patriasih, R., Wigna W., Widiaty I., dan Dewi M. 2011. Socio-economic and Cultural Aspects of Cirendeu People in West Java who Consume Cassava as Staple Foods: Effect on Household Nutritional Status and Health. UPIIPB, Bandung.
Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI. Standing Committee on Nutrition. 2004. 5th Report on the World Nutrition Situation: Nutrition for Improved Development Outcomes. World Health Organization. Switzerland.
Suhardjo. 1989. Socio Cultural of Nutrition. Ministry of Education of Indonesia - Bogor Agricultural University. Bogor.
Suhardjo, Hardinsyah dan Riyadi H. 1988. Survey Konsumsi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.