Produktivitas Tumpangsari Kedelai dengan Jagung pada Akhir Musim Hujan di Lahan Kering Beriklim Kering (Productivity of Soybean Intercropping with Maize at the End of Rainy Season in Dry Land with Dry Climate )
Main Article Content
Abstract
ABSTRAK
Luas panen kedelai di Indonesia pada 2017 hanya mencapai 355.799 ha dengan produksi 538.728 ton. Untuk mencapai swasembada, luas panen tersebut harus dapat ditingkatkan menjadi 1,2 juta ha dengan produktivitas 1,6 ton/ha. Peningkatan luas panen kedelai dapat dilakukan pada lahan kering dan iklim kering yang pemanfaatannya belum maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produktivitas dan kelayakan teknis paket teknologi budidaya kedelai tumpang sari dengan jagung di lahan kering beriklim kering. Penelitian dilaksanakan pada musim hujan (MH) 2017/2018 di Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada zona iklim D3 (3–4 bulan basah/tahun) dengan jenis tanah vertisol, mengikuti pola tanam padi gogo – jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara tanam tumpang sari kedelai dengan jagung baris ganda setelah panen padi gogo, mampu memberikan hasil biji jagung kering 2,03 ton/ha dan kedelai 1,50 ton/ha. Cara tanam ini lebih menguntungkan daripada tanam jagung atau kedelai monokultur yang berturut-turut memberikan hasil 3,50 ton/ha dan 1,85 ton/ha biji kering. Hasil kedelai dan jagung pada saat penelitian tidak maksimal karena selama pertumbuhan curah hujan hanya 194 mm, sehingga tanaman terutama jagung mengalami cekaman kekeringan. Keuntungan usahatani kedelai monokultur, jagung monokultur, dan kedelai tumpang sari dengan jagung berturut-turut adalah Rp8.633.500,00; Rp5.039.400,00; dan Rp11.090.600,00 per ha. Tumpang sari kedelai dengan jagung mampu memanfaatkan lahan lebih efisien dengan Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) 1,39.
kata kunci: jagung, kedelai, lahan kering beriklim kering, tumpang sari
ABSTRACT
Soybean harvested area in Indonesia in 2017 only reached 356,799 ha with a total production of 538,728 tons. To achieve self-sufficiency, the harvested area must be increased to 1.2 million ha with a productivity of 1.6 tons/ha. To increase the harvested area, soybean can be developed in a dry land with dry climate that has not been utilized optimally. The study aimed to evaluate the productivity and technical feasibility of soybean intercropping with maize in a dry land with a dry climate. The study was conducted in the rainy season of 2017/2018 at Tegaldlimo Sub-district, Banyuwangi Regency, East Java Province in the D3 climate zone (3–4 wet months/year) at vertisol soil using the cropping pattern of upland rice-maize.The results indicated that soybean is intercropping with maize in a double row after upland rice harvesting was able to provide the dry seeds yield of maize 2.03 tons/ha and soybean 1.50 tons/ha. This planting method was more profitable compared to maize monoculture yielding 3.50 tons/ha or soybean monoculture yielding 1.85 tons/ha dry seeds yield. The yields of soybean and maize in the study were not optimal due to low precipitation to only 194 mm during the plant growth, so the crops, particularly the maize experienced drought stress. The benefits of soybean monoculture, maize monoculture, and soybean intercropping with maize farming were 8,633,500 IDR, 5,039,400 IDR, and 11,090,600 IDR per ha, respectively. The soybean intercropping with maize was also able to utilize land more efficiently with a Land Equivalent Ratio (LER) of 1.39.
keywords: maize, soybean, dry land with dry climate, intercropping
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
catatan copyright agar disepakati oleh penulis.
Penulis sepakat dengan ketentuan-ketentuan dalam etika publikasi
Penulis menyatakan bahwa karya tulis yang diserahkan untuk diterbitkan adalah asli, belum pernah dipublikasikan di manapun dalam bahasa apapun, dan tidak sedang dalam proses pengajuan ke penerbit lain
References
Abdurachman, A., A. Mulyani, dan Irawan. 2013. Sumber daya lahan untuk kedelai di Indonesia, Di dalam Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, pp. 168-184.
Arifin, Z. dan C. Tafakresnanto. 2019. Pengelolaan Pola Tanam Berbasis Kedelai dan Jagung di Lahan Kering. Buletin Palawija. Vol. 17. No. 2, pp. 83-93.
Bahtiar, W. R. dan Tenrirawe. 2010. Prospek produksi benih jagung komposit di Provinsi Sulawesi Utara, pp. 574-580. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Effendi, S. D., S. Taher, dan W. Rumini. 2007. Pengaruh tumpang sari dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.), pp. 232-238. Prosiding Lokakarya Nasional Jarak Pagar III, Balittas, Balitbangtan, Kementan.
Fagi, A. M., F. Tangkuman. 1985. Pengelolaan air untuk kedelai. Di dalam Somaatmadja S. et al. (eds). Kedelai. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor, pp. 135-157.
Harianta, Y. W. 2011. Adopsi Inovasi Pertanian di Kalangan Petani di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Agrin, Vol. 15, No. 2, pp. 164-174.
Harsono, A. 2017a. Langkah Merengkuh Swasembada Kedelai. Di dalam Forum Komunikasi Profesor Riset. Ragam Pemikiran Pengembangan Pertanian 2015-2016. IAARD Press, Jakarta. Hlm. 43-48.
Kadar, L., H. Siregar, dan E. I. K. Putri. 2016. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Adopsi Varietas Jagung Putih di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Informatika Pertanian, Vol. 25, No. 2, pp. 215-210.
Kurnia, U. 2004. Prospek Pengairan Pertanian Tanaman Semusim Lahan Kering. Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 23, No. 4, pp. 130-138.
Lv, Y., C. Francis, P. Wu, X. Chen, X. Zhao. 2014. Maize-soybean Intercropping Interactions Above and Below Ground. Crop Science. Vol. 54, pp. 914-922.
Mulyani, A. dan M. Sarwani. 2013. Karakteristik dan Potensi Lahan Suboptimal untuk Pengembangan Pertanian. Sumberdaya Lahan. Vol. 7 No. 1, pp. 47-55.
Mulyani, A., D. Nursyamsi, dan D. Harnowo 2017. Potensi dan tantangan pemanfaatan lahan suboptimal untuk tanaman aneka kacang dan umbi, pp. 16-30. Di dalam Rahmianna et al. (eds). Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2016. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Prasetiaswati, N. dan B. S. Radjit. 2012. Kelayakan Usahatani Ubijalar dengan Penerapan Teknologi Pengguludan di Lahan Kering Masam di Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, Vol. 31, No. 3, pp. 188-194.
Rifai A., S. Basuki, dan B. Utomo. 2014. Nilai Kesetaraan Lahan Budidaya Tumpangsari Tanaman Tebu dengan Kedelai: Studi Kasus di Desa Karangharjo, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang. Widyariset, Vol. 17, no. 1, pp. 59-70.
Shutsrirung, A., P. Sutigoolabud, C. Santasup, K. Seno, S. Tajima, M. Hisamatsu, dan A. Bhromsiri. 2002. Symbiotic efficiency and compatibility of native rhizobia in northern Thailand with different soybean cultivars. Soil Sci. Plant Nutr. Vol. 48, pp. 491-499.
Subandi, Anwari, dan R. Iswanto. 2007. Peluang pengembangan varietas unggul kacang hijau asal galur MMC157d-Kp-1 di Nusa Tenggara Timur, pp. 229-238. Di dalam Jacob Nulik et al. (eds). Prosiding Seminar Nasional, Kupang, 7-8 Desember 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Subandi, I. K. Lidjang, J. Ngongo, dan M. Akil 1991. Penelitian Sistem Usahatani Lahan Ladang pada Zona Karang di Desa Camplong II, Kupang. Publikasi Wilayah Kering. No. 1, pp. 1-11.
Subandi. 2013. Perbaikan Komponen Teknologi Budidaya untuk Meningkatkan Produktivitas Kedelai. Di dalam Laporan Akhir RPTP/RDHP Tahun Anggaran 2013. Buku I. Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi.
Subandi, Afandi, dan A. Harsono. 2016. Laporan Perbaikan Teknologi Budidaya Kedelai Mendukung Pertanian Bioindustri pada Lahan Kering Beriklim Kering. Laporan Hasil Penelitian Balitkabi Tahun 2015, pp. 23.
Sulistyono, B., Suyamto, dan Indrawati. 1995. Teknologi produksi jagung di Sumbawa, pp. 233-242. Di dalam Suyamto H et al. (eds). Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Edisi khusus Balittan Malang No. 5 -1995. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang.
Sundari, T., S. Mutmaidah, dan Y. Baliadi. 2019. Keunggulan Kompetitif Agronomis dan Ekonomis Lima Belas Genotipe Kedelai pada Tumpangsari dengan Jagung. Buletin Palawija. Vol. 17, No. 1, pp. 46-56.
Supadmo, H., Subandi, dan E. O. Momuat. 1995. Optimalisasi usahatani palawija di Timor Timur, pp. 91-105. Di dalam Tastra, I. K. dan A. Winarto (eds.). Teknologi untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Pangan di Propinsi Timor Timur. Edisi Khusus Balitkabi No. 2 - 1995. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Tsujimoto, Y., J. A. Pedro, G. Boina, M. V. Muraccama, M. Ito, S. Tobita, T. Oya, C. E. Cuambe, C. Martinho. 2015. Performance of Maize-Soybean Intercropping under Various N Application Rates and Soil Moisture Conditions in Northern Mozambique. Plant Production Science, Vol. 18, No. 3, pp. 365-376.
Wijaya, A. A., H. D. Rahayu, A. R. H. Oksifa, M. Rachmadi, A. Karuniawan. 2015. Penampilan Karakter Agronomi 16 Genotip Kedelai (Glycine max L. Merrill) pada Pertanaman Tumpangsari Dengan Jagung (Zea mays L.) Pola 3:1. Jurnal Agro. Vol. 2, No. 2, pp. 30-40.
Yuwariah, Y. 2011. Peran Tanam Sela dan Tumpangsari Bersisipan Berbasis Padi Gogo Toleran Naungan. Giratuna, Bandung.
Yuwariah, Y., D. Ruswandi, dan A. W. Irwan. 2017. Pengaruh Pola Tanam Tumpangsari Jagung dan Kedelai terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Evaluasi Tumpangsari di Arjasari Kabupaten Bandung. Jurnal Kultivasi. Vol. 16, No. 3, pp. 514-520.